IPO Adhi Kartiko Pratama (NICE) Mengalami Oversubscribed 15,72 Kali

Home >

Media & News >

IPO Adhi Kartiko Pratama (NICE) Mengalami Oversubscribed 15,72 Kali

January 10, 2024

Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE) mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (9/1). Dalam penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO), NICE melepas 1,21 miliar saham yang merepresentasikan 20% kepemilikan NICE dengan harga penawaran Rp 438 per saham

Sehingga, nilai IPO NICE adalah Rp. 532,78 miliar, dengan kapitalisasi pasar saham NICE mencapai Rp 2,66 triliun.

Presiden Direktur NICE, Stevano Rizki Adranacus mengatakan, minat investor di porsi penjatahan terpusat cukup tinggi hingga terjadi kelebihan permintaan atau oversubscribed sebanyak 15,72 kali. Menurut Stevano, besarnya minat terhadap saham NICE mengindikasikan bahwa investor publik merespons positif potensi kinerja perusahaan ke depannya.

“Aksi korporasi ini sangat penting untuk mewujudkan visi NICE sebagai pemain unggul dalam pertambangan dan pengolahan nikel di Indonesia dengan mengedepankan world-class mining standards,” kata Stevano dalam seremoni pencatatan saham NICE di main hall Bursa Efek Indonesia, Selasa (9/1).

Saham NICE juga telah mendapatkan penetapan sebagai efek syariah. Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor: KEP-89/PM.02/2023 tentang Penetapan Saham PT Adhi Kartiko Pratama Tbk sebagai Efek Syariah.

Asal tahu, Adhi Kartiko Pratama adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan bijih nikel melalui kegiatan eksplorasi melalui proyek nikel laterit yang merupakan kontributor utama dalam industri bijih nikel global. Tambang Adhi Kartiko Pratama terletak di Desa Lameruru, Kecamatan Langgikima, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, Indonesia, 180 km sebelah barat laut Kabupaten Kendari.

Setelah tercatat di Bursa Efek Indonesia, LX International Corp akan masuk sebagai pemegang saham pengendali NICE yang baru. LX International akan masuk melalui PT Energy Battery Indonesia. LX International Corp akan memiliki 60% saham NICE dengan harga perolehan sama dengan harga IPO.

 

Sumber: KONTAN.CO.ID

Latest News

January 10, 2024

PT. Adi Kartiko Pratama Tbk (AKP) melakukan proses reklamasi pasca eksplorasi diatas lahan tambang seluas 30 hektar di Kecamatan Langgikima dan Kecamatan Tambatua, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.Hal tersebut sebagai langkah penyelamatan hutan pasca eksplorasi pertambangan yang dilakukan oleh pihak perusahaan.
Langkah tersebut dilakukan sebagai bentuk kewajiban perusahaan yang tertuang Pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang. Seperti diketahui, AKP sendiri memiliki luas lahan IUP 1.900 hektar di Kecamatan Langgikima dan Kecamatan Tambatua, yang tersebar di empat desa. Hal tersebut disampaikan langsung Melalui Legal Corporate PT AKP, Acram kepada kendarinesia, Rabu (27/2).
Acram menuturkan, proses reklamasi tersebut dengan menanamkan tumbuhan jangka panjang sejak tahun 2017 lalu ditanah seluas 30 hektar tersebut. “Sebanyak 20 ribu bibit tumbuhan sudah kita sebar di atas lahan seluas 30 ha sejak 2017,” kata Acram.
Legal Corporate PT AKP Jika merunut aturan pemerintah terkait reklamasi pasca tambang, ada tiga bentuk sanksi yang diatur dalam PP, jika perusahaan pertambangan mengindahkan aturan itu, diantaranya peringatan tertulis, penghentian sementara kegiatan, atau pencabutan IUP, IUPK, atau IPR.
Untuk itu, dalam aturan tersebut tidak ada alasan oleh perusahaan atau pemegang IUP untuk menyepelekan atau tidak melakukan reklamasi. Ia menambahkan, selain melakukan reklamasi di lahan pasca tambang, pihaknya juga sudah menyalurkan dana CSR sebesar Rp 1 miliar setiap tahun nya.
Sementara itu, Acram mengungkapkan dilain sisi, pihaknya saat ini sedang memperjuangkan pembangunan Smelter atau pusat pengolahan biji nikel. Walaupun itu, lanjut dia, kini perusahaan yang berada di Kabupaten Konawe Utara itu masih membutuhkan support permodalan cukup besar untuk mengolah lahan lainnya.
Pasalnya, lanjut Acram, untuk membangun pusat pengolahan biji nikel dengan kapasitas 8 tungku itu, pihaknya membutuhkan dana segar sebesar Rp 200 Miliar. “Kalau ada smelter, tidak ada material tanah yang dibuang. Dan bisa punya nilai tambah yang sangat baik,” pungkas Acram.